Card image cap

Taman Pintar Integrated Eco Management

LINGKUNGAN saat ini menjadi isu penting di pemerintahan. Tak terkecuali Taman Pintar, wahana edukasi dan rekreasi milik Pemkot Jogja. Khusus untuk lingkungan ini, Taman Pintar bakal menjadi barisan terdepan dari pemkot. Baik dalam hal kampanye konservasi alam maupun teladan bagi masyarakat.

Itu tampak dari pembangunan Taman Pintar 2 dan pengembangan Taman Pintar pusat yang berada di Jalan Panembahan Senopati. Kedua destinasi utama di Kota Jogja itu fokus di masing-masing bagian dari lingkungan.

Wali Kota Haryadi Suyuti menjelaskan, khusus untuk Taman Pintar 2 akan mereka kembangkan dengan konsep konservasi air. Ini sesuai dengan kondisi geografis di daerah Nitikan, Umbulharjo tersebut. Berada di cekungan yang membuat air hujan dari utara dan timur mengalir ke tempat yang saat ini masih berupa tanah.

”Alhamdulillah, konsepnya sudah mendapatkan persetujuan dari Kementrian Pekerjaan Umum. Mudah-mudahan, tahun depan sudah bisa mulai pembangunannya,” kata HS, sapaan akrabnya, kemarin (31/3).

Dengan kondisi daerah yang berada di cekungan, lanjut HS, sangat dikembangkan sebagai embung. Sama seperti di Embung Langensari, yang dahulu merupakan daerah konservasi air. ”Ini juga untuk menjaga agar air tidak semuanya terbuang langsung ke laut. Selain manfaat utama meng urangi titik genangan di wilayah Jogja Selatan,” katanya.

Pengembangan Taman Pintar 2 ini, tak sekedar dengan membuat bangunan di atas embung. Rencananya juga akan ada beberapa teknologi pengolah air. Sehingga, air di bawah bangunan jika sudah tidak digunakan tidak lantas terbuang percuma.

”Ada beberapa hal yang sedang kami kembangkan bersama dengan Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah). Terutama mengenai konsep dari bangunan yang ramah lingkungan,” tambah Kepala Taman Pintar Afia Rosdiana.

Afi, sapaannya, mengungkapkan, saat ini Taman Pintar tengah menyusuh Detail Engineering Design (DED) Taman Pintar 2. Target tahun ini sudah selesai. ”Konsep utama adalam bangunan ramah lingkungan dan wahana edukasi mengenai lingkungan,” ungkapnya.

Wakil Wali Kota Heroe Poerwadi menegaskan, Taman Pintar sebagai tempat kunjungan wisatawan akan dikembangkan sebagai agen perubahan. Makanya, di Taman Pintar 2 ini, hasil pengolahan sampah, alatnya, dan bagaimana mengolah sampah bisa menjadi wahana. ”Kemudian, siswa sekolah di Kota Jogja tinggal belajar di sana. Diberikan pemahaman agar mereka setelah dewasa semakin peduli terhadap sampah,” sarannya.

SAMPAH harus diolah sejak dari sumbernya. Kalimat tersebut benar-benar menjadi pedoman Taman Pintar dalam mengurangi ketergantungan terhadap Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan. Wahana edukasi dan rekreasi itu akan menggarap Eco Tourism mulai April ini.

Pengembangan Eco Toursm ini merupakan bentuk pengandian tempat wisata milik pemkot tersebut terhadap masyarakat. Sehingga, pengunjung Taman Pintar tak hanya mendapatkan ilmu soal alam. Tapi mampu bersikap bijak. "Bumi sudah tua. Siapa lagi kalau bukan kita yang peduli dengan lingkungan tempat tinggal kita ini," tandas Kepala Taman Pintar Afia Rusdiana, kemarin (31/3).

Sebagai kota pariwisata, keberadaan pengunjung memang berdampak langsung dengan volume sampah. Jika satu orang pengunjung menghasilkan sampah seperempat kilogram saja, di Taman Pintar yang rata-rata tujuh ribu pengunjung tiap hari, 1,75 ton sampah perhari. Itu belum air yang digunakan. Sehari saja, belum hari Jumat air yang terbuang mencapai tiga ribu liter.

"Konsep kami adalah dengan mengembangkan Eco Managemen. Semua sampah harus diminimalisir. Target kami sampai zero waste," ujar Afi.

Khusus untuk mengembangkan Eco Managemen, Taman Pintar sudah menyiapkan lahan khusus. Di sebelah timur. "Sudah ada Zona Pengolahan Sampah Mandiri. Dengan sumur biopori, komposter, sampai black soldier fly untuk sampah makanan agar tidak menimbulkan bau," katanya.

Semua sampah baik organik dan anorganik, akan mereka olah sampai menjadi sesuatu yang berguna. "Sampah plastik juga sedang kami kembangkan untuk daur ulang dengan melibatkan bank sampah. Ke depan, bisa saja dikembangkan dengan pengolah plastik sendiri," jelasnya.

Ia menegaskan, langkah awal pengembangan Eco Managemen ini, adalah bentuk Awareness, Action, dan Agent. "Sebagai wahana edukasi, Taman Pintar memiliki kewajiban menumbuhkan kesadaran masyarakat. Perlu peduli dengan lingkungan. Agent untuk menyadarkan yang kemudian banyak yang melakukan pengolahan sampah mandiri," katanya.

PEMANFAATAN air bekas pakai saat ini sangat jarang dilakukan. Konservasi air masih sebatas menjaga air hujan tidak langsung terbuang ke laut. Belum ada yang mengolah air bekas pakai untuk diolah agar laik digunakan kembali.

Taman Pintar sebagai wahana rekreasi dan edukasi mencoba hal baru tersebut. Mereka tengah mengembangkan pemanfaatan teknologi yang bisa mengolah air bekas kembali laik pakai. "Tahap awal adalag pengolahan air wudhu,  air kolam, dan taman air menari. Airnya masih memungkinkan untuk kembali diolah," tandasnya.

Sebagai bagian eco managemen, nantinya pemanfaatan air akan menggunakan sensor. Sehingga, air tidak terbuang sia-sia. "Dengan jumlah air yang banyak, jika bisa didaur ulang, akan sangat mengurangi penyusutan air tanah. Ini yang kami kembangkan," katanya.

Kampanye pemanfaatan air dengan bijak pun akan mereka lakukan. Zona air untuk kehidupan akan mereka perbaharui dengan menitikberatkan ancaman krisis air. "Kampanye hemat air. Agar, dengan melihat ancaman krisis air pengunjung sadar," jelasnya.

Di Zona Air untuk Kehidupan, akan berubah. Beberapa alat peraga akan diganti dengan tema pemanfaatan air. Juga mengenai kebutuhan tubuh terhadap air. "Pemahaman soal dehidrasi juga sangat penting," lanjutnya.

Selain air, hemat energi seperti listrik menjadi bagian dari Eco Managemen. Tampin akan mengganti saklar lampu dengan sensor. Misalnya lampu kamar mandi. Hidup ketika ada orang masuk. Keluar langsung mati.

Begitu pun dengan penggunaan ac. Pendingin ruangan yang masih menggunakan teknologi lama diganti dengan teknologi inverter. "Semua ac lama akan kami ganti," imbuhnya